BLOG
Kain Organik vs Polyester, Ilusi Ramah Lingkungan dari Industri
"...kak, ada kain organik? jadi ramah lingkungan gitu..."
LOL WUT!?!?
Saya akan bercerita panjang soal kain organik dan polyester, dari asal muasal bahannya, cara pengolahannya, dan sebenarnya apa yang merusak lingkungan. Saya juga akan memberi tips di akhir artikel apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu lingkungan. Sebelum kamu bilang "...OK boomer...", tarik nafas dulu yang panjang dan baca cerita pendek di bawah ini.
Mungkin kamu aware terhadap banned terhadap kantong plastik sekali pakai di mana-mana? Tapi tahukah kamu sebelum tahun 1976 "modern" market saat itu menggunakan paper bag? Saat itu produsen plastik dan retailer bekerja sama untuk mengatakan bahwa kantong plastik itu lebih baik dari paper bag, karena menyelamatkan pohon-pohon di hutan. Plastik diciptakan untuk menyelamatkan planet. Ya kamu tidak salah dengar. Begitu kata mereka saat itu. Komunikasi saat itu juga menjelaskan kalau kantong plastik itu lebih kuat dibanding kantong kertas, lebih ringkas, dan tahan lama. Karena persaingan industri dan perilaku pasar yang mudah membuang barang, mulailah era plastik super tipis. Akibatnya, orang belanja, pakai plastik tipis, dan plastik tipis itu dibuang begitu saja.
Setelah 35 tahun, orang-orang yang sama kini berkata, kita harus melarang penggunaan plastik sekali pakai. Ya, saya setuju dengan itu. Tapi bukan berarti saya setuju untuk menghilangkan kantong plastik sama sekali. Yang merusak adalah kantong plastik super tipis dan perilaku pasar sendiri.
Kembali ke kain...
Sekarang apa relevansinya dengan kain? Belakangan beberapa brand mempromosikan kain organik untuk lini fashionnya. Di lain sisi, brand yang sama mengeluarkan produk baru terus tiap bulan. Fast Fashion, itu istilah kerennya. Fast fashion mendorong market untuk terus membeli pakaian, tas, dan membuang yang sudah tidak diinginkan. Well... well... sepertinya Anda sudah mulai paham cerita ini mengarah ke mana.
Terminologi organik, serat alami (natural fibers), polyester, serat sintetis....
Pada artikel ini saya menggunakan terminologi "kain polyester" untuk kain sintetis, walau sebenarnya kain sintetis banyak jenisnya. Misal, yang populasinya cukup banyak di dunia kain dengan bahan dasar nilon yang banyak untuk handuk dan baju olahraga. Selain itu, penggunaan kain Tencel yang sudah bukan serat alami untuk kain sprei pun banyak di dunia. Sedangkan untuk kain dengan serat alami, saya sebut saja kain organik. Ini sebenarnya kurang tepat, kain organik tidak sama dengan kain berbahan serat alami. Kamu akan tahu bedanya nanti.
Terurai di alam...
Salah satu hal yang sering dipermasalahkan adalah kain polyester dan serat sintetis lainnya lama sekali diurai di alam, dapat mencapai 10-40 tahun. Kain organik lebih mudah diurai. Beberapa jenis kain organik yang tidak digunakan pun, jika disimpan dalam lemari, bisa dimakan oleh rayap dan ngengat. Jangan khawatir, kamu bisa beli baru lagi, buang kain organik yang rusak, karena itu yang diinginkan oleh industri fashion :) Buang lagi... Beli lagi... Buang lagi... Beli lagi... Foto di bawah ini contoh kain dengan serat alami yang dimakan oleh serangga. Tentu kamu akan langsung membuangnya kan? :)
Bagaimana dengan kain polyester? Biasanya limbah kain polyster harus diolah lagi. Limbah ini dijadikan benang lagi, atau hanya sekedar discrap untuk bahan bantu industry. Beberapa aplikasi lain dicampur dengan bahan industry seperti aspal.
Sumber kain organik dan polyester
Sebenarnya apa sih sumber kain polyester? Kain polyester berasal dari polymer. Asalnya bisa dari minyak bumi, bisa juga dari hasil recycle. Wow! Nilai lebih buat polyester karena bisa direcycle!
Lalu bagaimana dengan kain organik? Bicara soal kain organik, ada banyak ragamnya dari;
- linen dan katun organik yang berasal dari tumbuhan
- silk yang berasal dari ulat sutera
- viscose yang berasal dari bamboo
- rayon yang berasal dari selulosa kayu
- wool yang berasal dari bulu binatang
Bicara mengenaik kain organik, ada juga kain "organik" di pasaran. Contohnya Katun Jepang di beberapa negara, populasi terbanyak sebenarnya adalah kain polyester yang berasal dari China. Contoh lain adalah kain Tencel. Walaupun dibuat dari kayu, proses untuk membuatnya menjadi serat, tetap menggunakan material sintetis. Itu sebabnya beberapa sub-jenis kain tencel seringkali tidak bisa diklasifikasikan sebagai 100% natural fiber.
Dampak pada lingkungan dari pengolahan bahan baku
Kain polyester, merupakan hasil eksplorasi minyak bumi di alam.
Bagaimana dengan kain "organik"? Mulai dari katun yang berasal dari kapas. Tumbuhan ini sendiri menyerap banyak air dan membutuhkan pestisida. 16% penggunaan pestisida di bumi dikontribusi oleh penanaman kapas secara besar-besaran. Belum lagi adanya eksploitasi tenaga kerja murah untuk industri ini. Makin jelas sebenarnya, kain berasal dari serat alami, bukan berarti organik, karena tetap menggunakan metode seperti ini untuk menghasilkannya.
Hmmm... jadi beda ya antara kain serat alami dan kain organik? Untuk penyebutan ke depan dalam artikel ini, saya menggunakan istilah organik saja ya, karena lebih mudah dimengerti walau kurang tepat :)
Bagaimana dengan kain sutera? Oh... kain ini juga diproduksi dari ekspolitasi ulat sutra. Jadi bukan diambil secara alami di alam. Untuk melakukan ini rasanya tidak feasible bagi industri.
Kain berbahan baku kayu dan bambu juga memiliki karakter serupa seperti kapas, dari penggunaan air yang tinggi sampai pestisida yang signifikan.
Bagaimana dengan kain wool? Selain eksploitasi pada domba misalnya, industri wool memberikan kontribusi methana, CO2 ke atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Selain itu, eksploitasi dalam jumlah besar juga menyebabkan kerusakan tanah. Hei, kamu pernah dengar bagaimana mereka mempromosikan bawah wool terurai secara alami di alam? Punya wool di rumah? Jika tidak ada, coba kamu cabut rambut kamu dan tanam ke tanah, lihat berapa lama rambutmu terurai. Mungkin kamu penasaran mengapa untuk membersihkan saluran air yang mampet kamu perlu asam keras. Bahan wool sama dengan keratin pada rambutmu. Di alam, rambut yang berdiri sendiri terurai 2-8 tahun. Pada kenyataannya banyak temuan arkeologi di mana rambut tahan sampai ribuan tahun pada kondisi tertentu. Hmmm... menarik.
Pengolahan kain alami sebelum dicetak
Kain polyester sebelum dicetak dilakukan proses serupa dicuci dan "dimasak". Limbahnya serupa dengan limbah laundry. Bagaimana dengan kain organik? Serupa dengan polyester. Bahkan selain dicuci, kain organik harus mengalami pretreatment sebelum dicetak. Saya mulai bertanya-tanya, apakah bahan kimia yang digunakan ini masih bisa membuat kain itu disebut organik :)
Carbon footprints kain organik vs polyester
Salah satu yang sering digaungkan oleh pecinta alam adalah seberapa besar karbon yang dihasilkan industri kain organik dan polyester. Jawabannya serupa, bahkan kain organik umumnya lebih banyak membutuhkan air pada prosesnya. Proses pembuatan kain sama saja, dari dibuat benang, dipintal, ditenun. Untuk mencapai economic of scale perhitungannya juga serupa.
Carbon footprints itu nyata, tapi seringkali dijadikan "alat jualan" oleh pelaku industri. Contoh? Mobil listrik. Pfffttt... Selama mobil listrik masih diisi listriknya lewat sumber daya listrik rumahan, artinya masih ada buangan batubara di tempat lain nun jauh di sana, di tempat pembangkit listriknya berada. Mobil listrik benar-benar ramah lingkungan kalau sumber listriknya 100% tenaga surya. Mau lebih baik lagi? Gunakan alat transportasi masal. Get the idea maksud saya bahwa jangan sampai pelaku industri mempengaruhi pola pikir Anda?
Proses printing kain organik vs polyster
Kain polyester menggunakan tinta water based. Proses printing tidak menghasilkan limbah cair sama sekali. Kain organik menggunakan tinta pigmen dan reaktif. Bicara soal limbah cair dan limbah berbahaya, foto yang kamu lihat di bawah ini adalah limbah proses printing dengan teknik pigmen dan reaktif. Ya, foto di bawah adalah limbah cair dari proses cetak kain organik, bukan polyester. Saya ulangi, bukan polyester dengan tinta water based.
Untuk kain polyester yang dicetak dengan tinta berbasis air, saya tidak ada foto limbahnya. Lho kok gitu? Ya memang karena tidak ada limbah cair seperti ini. Kain katun, tidak dapat dicetak menggunakan tinta berbasis air, pilihannya pigmen, reaktif, atau tinta "keras" lainnya. It's the ugly truth.
Kecepatan produksi kain organik vs polyster
Untuk produksi cetak kain retail, kain polyester jauh lebih cepat karena prosesnya lebih sederhana. Untuk proses treatment polyester hanya 1 kali, sedangkan kain organik atau serat alami minimal ada 2 kali proses, sebelum dan sesudah. Talking about carbon footprints... sebenarnya kain serat alami... uhmmm... Sudahlah, ini sangat arguable karena tergantung pada kapasitas mesin, teknologi yang digunakan, dan banyak faktor. Tapi for sure, kain serat alami sebenarnya membutuhkan lebih banyak proses.
Kemampuan menyerap air dan "breathble" kain
Untuk yang satu ini kain dengan serat alami lebih baik, walau sangat argueable karena misal banyak kain polyester dan serat sintetis lain yang dibuat konstruksinya agar lebih breathable dan menyerap air. Contoh? kain microfiber. Contoh lain? Handuk yang kamu gunakan, banyak yang bukan katun lho, itu banyak benang nilon juga.
Balik lagi ke masalah terurai di alam atau biodegradeable...
Untuk poin yang satu ini, kain polyester memang kalah unggul dibanding kain organik. Kain polyester terurai setelah 10-40 tahun tergantung konstruksi benang dan kainnya. Polyester blended terurai lebih cepat. Kain dengan serat alami, terurai 2-20 tahun tergantung jenisnya. Kain serat alami dengan kategori heavy duty terurai lebih lama. Kain dengan serat alami membayar ke alam di awal, kain polyester membayar ke alam di akhir.
Untuk kain wool sudah saya jelaskan di atas. Untuk tencel, pada beberapa jenis kainnya tidak bisa terurai semanis "janji" produsen, karena memang sudah bukan lagi serat alami 100%. Untuk kain organik lain seperti viscose, silk, memang jauh lebih mudah terurai dibanding polyester. Jika kita bicara kondisi limbah tekstil saat ini, Make Fashion Circular salah satu yayasan yang didirikan Ellen MacArthur Foundation, limbah kain sintetis lebih banyak dibanding kain dari serat alami, yaitu 55%dari total limbah kain. ICAC, CIFRS juga memberikan angka serupa yaitu 58%. Angka ini termasuk di dalamnya kain polyester dan kain lain.
Masih ingat bagaimana saya menjelaskan di atas mereka mengklasifikasikan beberapa jenis kain tencel ke kain dengan serat sintetis? Ya, banyak juga lho kain sprei yang dibuang begitu saja di tumpukan sampah. Ada juga kain handuk yang banyak terbuat dari nilon, baju renang, ini masuk ke group kain serat sintetis. Jas hujan, payung, ini juga banyak menggunakan serat sintetis. Kain banner PVC, tas dari bahan "kain" anti air yang sebenarnya PVC, ini juga lebih lama teurainya. Berapa nilai 55% itu? Dari kompilasi beberapa data, kain polyester menyumbang 6% untuk total limbah "plastik", yaitu sekitar 37 juta ton. Tidak ada data yang benar-benar akurat karena setiap penelitian menggunakan tenggat waktu yang berbeda. Peringkat pertama? Tentu masih diduduki plastik dari sarapan, makan siang, dan makan malammu via ojek online :)
Wait wut? Dari total limbah kain 55% polyester dan 45% katun? Serius? Ternyata hampir setengah-setengah? Ya, ternyata fashion yang berasal dari kain polyester tahan lebih lama, sehingga orang lebih jarang membuangnya. Sedangkan fashion dari serat organik lebih cepat rusak, dibuang, dan menjadi limbah. Selain itu, kain organik pun ada yang memiliki kategori "heavy duty". Treatment pada konstruksi kain dan benang menyebabkan kain lebih sulit rusak secara alami. Hmmm... jadi, serat alami tidak sama ya dengan enviromental friendly. Artinya kebiasaan untuk membuang furniture rusak juga berkontribusi sangat banyak untuk limbah kain, karena lebih banyak aplikasi kain polyester pada furniture.
Itu sebabnya yayasan yang mendukung circular fashion banyak menyarankan untuk tetap menggunakan kain polyester untuk barang fashion seperti pouch, tas, jaket, baju olahraga, karena produk akan lebih tahan lama dan tidak rusak alami, dengan asumsi tidak dibuang oleh penggunanya. Lalu bagaimana dengan baju dan celana? Jawabannya mudah, coba jawab pertanyaan ini: "...Seberapa cepat kamu ingin customermu membuang produk buatanmu dan membeli lagi?..."
Tambahan limbah dari Indonesia...
Di negara seperti Indonesia, saat bicara limbah kain (...dan PVC), kontributor yang banyak adalah: spanduk. Spanduk masih merupakan media promosi yang populer. Spanduk atau banner kain ini sering digunakan untuk promosi makanan, properti, jasa, dan secara besaran digunakan saat pilkada, pilpres, atau acara pemilihan lainnya.
Bahkan beberapa aplikasi billboard pun tidak lagi menggunakan cetakan stiker, melainkan menggunakan kain yang ditaruh di billboard. Apa yang dilakukan setelah masa promosi selesai? Apa yang dilakukan setelah pemilihan wakil rakyat selesai? Tentu saja membuangnya.
Trend promosi jangka pendek ini menciptakan limbah kain dalam jumlah besar. Jika trend orang membuang pakaian setelah 1 sampai 4 tahun, spanduk kain ini hanya digunakan 7 hari sampai 3 bulan, setelah itu dibuang. Media promosi semacam ini sudah kurang populer di beberapa negara maju.
Apa obat untuk penyakit ini? Saya cinta lingkungan....
Jangan bersedih beib. Apa yang dialami industri kain ini juga dialami industri lain seperti...
Industri kulit... Kamu suka pakai barang dari kulit beib?
Industri logam...
Industri elektronik... Ini yang lumayan buruk, karena teknologi selalu diupdate, consumer beli TV baru, handphone baru, kulkas baru. Bahkan beberapa industri elektronik seperti lampu membuat umur / lifecycle lampu semakin pendek. Mungkin kamu merasakannya, lampu dengan merk yang sama, 20 tahun lalu mungkin tahan 5-10 tahun. Lampu LED sekarang misalnya tahan 1-3 tahun. Beli, buang, beli buang, itu yang industri inginkan.
Industri makanan dan minuman... Ini asli mengerikan... Ini yang menurut saya salah satu yang buruk sekali. Tumpukan jajananmu tiap hari mungkin ada di situ :) Makan siang ojek online, makan sore ojek online, ngopi ojek online. Lari saat car free day, air minum dalam kemasan. Belanja pulang kantor ke minimart, minta kantong plastik lagi. Ini buat bungkusin snack kamu saat Netflix and Chill nanti malam. Oh ya... dan snack kamu itu dalam kemasan yang tidak bisa terurai dalam waktu cepat. Jangan lupa minuman kalengnya ya... itu juga tidak terurai dalam waktu cepat. Sungguh mengerikan... dan kamu masih meributkan bagus mana kain organik dan kain polyester?
"...yo boomer, saya ketagihan beli snack online bukan urusanmu, beda dong kalau saya buang plastik sama preferensi saya pakai baju dari kain organik..."
Mungkin ada yang bilang begitu. Tapi saya ingatkan lagi, zoomer. Limbahmu ini diolah benang polyester, dan kemudian diolah lagi sampai jadi baju, sepatu, tas dari bahan polyster. Limbah bungkus makananmu diolah lagi jadi benang polyester. Kain polyster adalah salah satu solusi untuk limbahmu, tapi kamu mau bilang "...oh baju dari serat organik lebih baik...". Logika macam apa itu? Sungguh membagongkan.
Limbah medis.... Dari syringe atau suntikan, pouch infus, masker sekali pakai, sarung tangan karet, sampai alat pelindung diri atau APD, semakin menumpuk setiap hari. Apalagi sejak ada pandemi corona. Belum lagi limbah cairnya. Ini ada terus setiap hari. Argumen yang sering muncul adalah, nyawa manusia lebih penting.
...dan masih banyak lagi.
Lalu apa obatnya? Salah satu yang ditawarkan oleh para pecinta lingkungan adalah "circular fashion". Balik lagi ke prinsip 3R: reuse, reduce, recycle. Untuk produk fashion misalnya, jika sudah ada baju yang kamu tidak suka misalnya, jangan langsung dibuang ke tempat sampah. Perbaiki seperlunya, sumbangkan untuk yang membutuhkan. Bukan hanya baju, tas kamu juga ada yang mau, sajadah kamu juga ada yang mau, hijab kamu juga masih ada yang mau. Semua di tangan kamu, bukan sekedar masalah polyester atau organik.
"....one person's trash is another one's treasure..."
Penutup
Tips lain?
Kurangin lah beli kopi instan pakai gelas plastik itu. Jangan sok-sokan minta kain organik tapi ngopi via ojek online tiap hari 2 kali. Sudah gitu abuse promo ojek online buat makan siang dan makan malam, abang ojek datang bawa kantong plastik. Mulai ganti ke tempat jajan yang packingnya kertas, atau kurangi jajan lah hahaha...
Jangan terlalu termakan promo dari industri. Sedotan stainless? Yang bener aja, itu selain jorok walau dicuci pakai sikat. Setelah berapa lama, endapan mineral tidak bisa hilang dari sedotan stainless dan sedotan stainless akan kamu buang. Produk ini beda karakternya dengan sendok dan garpu stainless misalnya yang bisa dicuci sampai bersih sekali. Ditambah lagi stainless steel juga hancur di alam setelah 25-35 tahun pada kondisi basah. Jadi, minum dikokop saja langsung dari gelasnya.
Mulai mengkonsumsi makanan dan barang-barang rumah tangga lain yang kemasannya lebih ramah lingkungan. Untuk kemasan yang ada, pakai lagi, jangan biasakan langsung buang. Untuk sampah yang harus dibuang, padatkan dulu sebelum dibuang. Kurangi terlalu banyak toiletries. Shampoo, sabun, conditioner, banyak yang hanya sekedar "gimmick" marketing. Hei, apakah kamar mandi atau meja riasmu seperti ini?
Buat yang jualan online, coba bungkus paket kamu dengan kardus bekas, tanpa lakban, tanpa bubble wrap. Ganti bubble wrap dengan perca kertas. Ini sulit, tapi jika sebagian paketmu bisa dikirimkan seperti ini, sangat baik. Sttt... yang butuh plastik bisa pakai plastik dengan bahan sari pati singkong lho. Memang sulit karena plastik dari pati singkong masih relatif mahal. Selain itu banyak pelanggan kurang suka diberikan packing kardus bekas. Kamu bisa memulainya, saat belanja online, bilang ke penjualnya, "...tolong dipacking dengan kardus bekas, tanpa plastik, lakban secukupnya. Tidak perlu bubble wrap..." Berani?
Punya 12 shades lipstik? Punya 8 shades blush on? Punya 3 shades concealer? Atau 3 pensil alis? 12 warna eye shadow? Oh come on... Mungkin yang notice itu hanya "gang"mu, bukan pasanganmu. Yah i know... "...i'm using makeup to show love for myself..." blablabla... Mother nature mungkin menangis setiap kamu mengatakan itu. Beli 12 shades kosmetik dan hanya pakai 2 saja? Itu buruk sekali. Lagi-lagi kamu menambah sampah kemasan plastik ke alam. Botol kaca? Ehm... 24 warna cat kukumu itu tutupnya plastik lho walau botolnya kaca. Oh ya... Pink adalah pink dan coklat adalah coklat. Tidak ada warna nude, salem, salmon, ...itu sangat membingungkan. Jangan membeli kosmetik hanya karena promo atau perbedaan minor. Love yourself and love nature!
Jangan sering-sering gonta ganti furniture, barang elektronik, interior rumah. Pakailah barang seawet mungkin. Perbaiki yang masih bisa diperbaiki.
Jangan malas membawa payung di musim hujan. Hindari jas hujan sekali pakai. Terlanjur punya jas hujan sekali pakai? Coba pakai berkali-kali sampai rusak sekali :)
Mulai bawa foldable shopping bag ke mana-mana, jadi tidak memperbanyak plastik sekali pakai. Ini asli membantu banget. Sttt... kamu bisa pesan di sini lhooo...
Kalau kamu melakukan poin-poin di atas apa akibatnya? Yah, positifnya kondisi lingkungan yang makin memburuk, diperlambat memburuknya.
Negatifnya? Hmmmm... well... deflasi besar-besaran tentunya :) Ih apaan sih itu deflasi?
Itu cerita yang lain lagi...
...oh well...
The end?